Mengarungi Jejak Spiritual di Jejaring Warisan Bersejarah: Perjalanan Warga Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Selepas siang yang cerah, hari Jumat tanggal 28 Juli 2023, warga Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat mengawali petualangan spiritual mereka. Di bawah bimbingan Gus Hairi Mustofa, perjalanan bersejarah dimulai dengan tujuan utama mengunjungi makam Sunan Tembayat di Klaten, Jawa Tengah. Namun, tak hanya sekadar mengungkap jejak Sunan Tembayat, perjalanan ini juga menghadirkan kisah-kisah magis di Makam Panembahan Minang Langse Klaten, memukau keindahan batik di Pasar Klewer Solo, menemui harmoni di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, hingga merenungi kearifan Ki Ageng Muhammad Besari di Ponorogo.

Jejak Sunan Tembayat, Penerus Cahaya Islam Kisah Inspiratif Sunan Tembayat: Penerus Cahaya Islam di Tanah Jawa

Perjalanan dimulai dengan hening dan khidmat saat warga Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat tiba di Makam Sunan Tembayat di Klaten. Di situlah Sunan Tembayat, salah satu Wali Songo, beristirahat abadi. Dalam doa dan perenungan, warga mendalami jejak spiritual Sunan Tembayat sebagai penerus cahaya Islam di tanah Jawa.

Saksikan video perjalanan dibawah ini :

Sunan Tembayat dikenal sebagai seorang ulama yang rendah hati dan sederhana, namun memiliki karisma yang menginspirasi. Ia mampu mengatasi berbagai rintangan dan tantangan dalam misi dakwahnya. Dengan kecerdasan dan kesabaran, Sunan Tembayat berhasil membangun toleransi dan kerukunan antarumat beragama, menjadikan wilayah Klaten sebagai pusat penyebaran agama Islam yang harmonis.

Jejak Sunan Tembayat tak hanya terlihat dari warisan pesantren dan masjid yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Lebih dari itu, nilai-nilai kearifan dan keteladanan yang ia tinggalkan terus dihayati oleh masyarakat, menjadi sumber inspirasi dan semangat dalam mengarungi liku-liku kehidupan.

Baca juga :

Ziarah Makam Sunan Tembayat 2017

Di Makam Sunan Tembayat, warga Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat merenungi kegigihan dan dedikasi Sunan Tembayat dalam membawa cahaya Islam ke tanah Jawa. Dalam langkah mereka, Sunan Tembayat tetap hidup dan menginspirasi, menjadi penguat semangat untuk meneruskan perjuangan menguatkan nilai-nilai kebajikan dan keberagaman, serta membawa manfaat bagi masyarakat dan bangsa. (Humas Pusaka)


Sekilas Hidup Dengan Berdamai Dan Patembayatan


"Khoirunnas anfa'uhum linnas"

"Sebaik baik manusia adalah manusia yang dapat memberi manfaat bagi orang lain" 
(Al-Hadist).

Manusia diciptakan Alloh juga sebagai mahluk sosial, selalu berhubungan dengan sesama, maka tentu dalam bersingungan dengan mahluk lain, selalu ada saja masalah.

Mulai ekonomi kesehatan rejeki dan lain lain. Itu tak lepas dengan masalah.

Pernah suatu saat saat di daerah Sanankulon Blitar, ada seorang yang hidupnya begitu ikhlas menjalani.  Pekerjaanya membeli pisang penduduk; menjualnya ke pasar ataupun di display di pinggir jalan. Satu tandan pisang paling-paling dia dapat laba 50.000-60.000, itu pun yang besar.

Sambil momong cucunya yang yatim, ada kerja bakti di masjid, dia memberi uang 300.000 sebagai sumbangan membeli semen.  Suatu hari jalan aspal didesanya depan SD sudah bolong-bolong; usulan kepada Bupati tak kunjung di tembel, akhirnya beliau yang sudah tua membeli semen menambahkan dengan pasir, menembel sendiri jalan itu. Kata beliau, "Kasian anak-anak kalau jatuh."

Pada suatu saat datanglah seorang yang kaya dari Bangkalan, tiba-tiba sungkem dan mohon restu. Kata orang madura itu, di suruh seseorang kiai agar minta restunya, agar putra-putranya berhasil.

"Kulo niki tiang nopo to pak, mlarat mboten saged nopo-nopo," pitutur nenek penjual pisang itu.

Usut punya usut orang Bangkalan itu diberi tahu kiai jember bahwa nenek itu kekasih Alloh karena ke ikhlasan ke-Tembayatan-nya dalam kehidupan. Tanpa pernah marah dan mengeluh.

Warga padhepokan rokhimakumulloh, akhlak damai tembayat itu sebenarnya di bagi menjadi 3 yaitu:

  1. Akhlak dan damai dengan Alloh, artinya tanpa pernah mengeluh menyalahkan Alloh dalam menjalani kehidupan dan cobaan.
  2. Akhlak dan damai dengan makhluk lain, artinya tanpa pernah menyakiti dhohir maupun batin, menghormati membantu dan sebaginya; menjadikan nyaman hidup di bumi Alloh di mana saja.
  3. Akhlak dan damai dengan diri sendiri, artinya tidak dholim berlebihan untuk diri sendiri, bekerja tanpa pernah istirahat dan sebaginya; apa bila ini bisa maka tentram hati sehat jiwa raga.

Apa bila ketiga-tiganya berjalan dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan kita menjadi kuntum khoiron nas.

Semoga dengan hati yang bening, kita bisa menata diri kita:

TOTONEN ATIMU YEN PENGEN NOTO URIPMU

(Mbah Hairi Pusaka).

MISTERI WULAN SURO LAN PANTANGAN-PANTANGAN MASYARAKAT JAWA

 


Wulan Syuro bulan Muharam, adalah wulan kang kebak barokah sekaligus kebak misteri.

Mantu, sunatan lan wong kang duwe gawe kanggene wong jowo ora keno dianak-ake mergo ora elok.


KISAH 

Rikolo sayidina Husain lan Hasan isih bayi, Kanjeng Nabi sang kakek nggendong putu-putu tersayang,  ono Mesjid Nabawi karo nangis, kanjeng nabi karo nangis banjur dawuh, "Putu-putu iki mbesok di pateni wong", karo muwun nangis.

Banjur shokabat podo melu nangis terus takon sinten ya rosul kang mejahi, nopo tiang-tiang kafir, tiang-tiang Qurais?.

Kanjeng njawab, "Dudu, nanging yo wong Islam dewe."

Opo cukup mbok tangisi, ora mok belo.

Seiring waktu, berjalannya sang alam.

Sayyidina Hasan Husain, sering matur marang ibune, Siti Fatimah yen sang kakek gak adil, banjur Siti Fatimah matur bab kui maring sang ayah Muhammad Rosululloh. Rosul dawuh, aku ngambungi gulune Husain kelak ono sing mateni kanti nugel gulu, gene Hasan tak ambungi lambene mergo, mbesok ono sing ngracun, dawuhe kanjeng nabi karo nangis. Siti Fatimah yo nangis krungu dawuh kui.


TRAGEDI KARBALA

Banjur masa Sayidina Ali, keturunane dimusuhi wong soko dinasti liyane. Wektu kuwi dinasti pemerintahan Islam pecah dadi pirang-pirang : Abasyah,  Turki, Seljuk, Ustmaniah dll. Banjur musuhi ing keluargane Sayidina Ali. Puncake di penggal leher oleh orang-orang Iraq Karbala yang terkenal waktu kuwi licik munafik. Gempar sedih jagad sak isine, kasih sang rosul, cucu tersayang dipenggal ning perang Padang Karbala, persis koyo sing didawuhke rosul. Ahlul bait duriah rosul dimusuhi, dikhianati, dibunuh, ditugel gulune. Innalillahi ghofaro Sayidina Husain, ya Alloh, wajabat lahul jannah. Amiin.


SYURO LAN KEJAWEN

Poro wali sing awal-awal ing tlatah Mojopahit, membumikan sholawat, membumikan cinta rosul dalam hatinya.

Bulan penuh dengan kesedihan. Maka para aulia waktu itu membuat cerita bahwa Bulan Syuro sing mantu rojo.

Mergo lelembut yo pada mantu, padahal dasare wulan syuro kang agung, nabi sang kekasih Alloh sing angon langit lan bumi ae SEDIH ATAS KEMATIAN CUCU-CUCUNE kenopo kita yang sangat dan wajib meniru dari kanjeng nabi malah berpesta ria. Ini yang membuat para wali mengajarkan ikut sedih seperti kanjeng nabi, DALAM DIRI ROSULULLOH TERDAPAT USWATUN KHASANAH.

Maka pada bulan tersebut kanjeng Sunan Kalijogo lan Eyang Bayat mengajarkan suatu kearifan lokal tentang Bulan Syuro, yaitu dengan mengadakan :

  1. Lek-lekan kanti panuwun, artinya banyak melek berdoa memohon ampunan memanjat khajat pada yang maha segala, maha pengabul doa.
  2. Nyekar, artinya datang ke makam leluhur MENDOAKAN BERDZIKIR semoga yang sampun sumare diampuni segala dosa .
  3. Mlaku, artinya berjalan kaki sambil dzikir barangkali ada sambil shodaqoh. 
  4. Adus kramas, salah satu cara membersihkan ragawi kita dengan mandi besar kramas lan dibarengi permohonan yang nanti merambat rasa sukmawi kita ikut merasa tenang.

Itulah juga yang dilakukan warga padhepokan yang berlatar belakang majemuk dengan berbagai kalangan, kesedihan, kekurangan kebutuhan.

Maka Padhepokan Pusaka sebagai penerus pelanjut ajaran Sunan Tembayat sekaligus keturunan, pada wulan Syuro menggadakan Syuran Agung, yang mana diimplementasikan ajaran-ajaran tentang dzikir mandi keramas dan ziaroh di malam syuran agung dengan harapan dengan munajat di malam syura Alloh merubah takdir yang tertulis di lauhful mahfud, karena yang bisa merubah takdir hanya Alloh, dan digantikan yang terbaik.

Malam 1 Syuro itulah warga padhepokan bersimpuh semakin bersimpuh pada illahi robi, depe-depe ngarsane Gusti kanti panuwunan dengan cara :

  1. Pamaosan Khizib Salamah Khizib Jalbir Riski lan Khizib Malaikat.
  2. Nyekar, mendoakan sang leluhur Mbah Ridwan berterimakasih pada beliau yang telah  menjadi mata rantai ajaran-ajaran Petembayatan.
  3. Mandi besar, mohon niat kesucian dihati ragawi yang merambat sukmawi, memantapkan rasa syukur atas apa yang diberikan Alloh dan permohonan kedepan akan sehat iman, Islam rizki kita semakin baik dan baik di tingkatkan Alloh.

Robbi anzilni munzalan mubarokan wa anta khoirul munzilin 

(Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat)

Semoga keberkahan kebaikan keimanan terlimpah pada kita. Aamiin

(H. Mustofa Pamomong Padhepokan Pusaka 1445 H)

MENEHI MANGAN WONG KANG NANDANG KEKURANGAN

Para Wargo Padhepokan,

Dawuh kanjeng Nabi :

"MAN AD'AMA AKHOHU MINAL KHUNRIN KHATTA YUS BI'A HU WA SAQOHU MINAL MA'I WA KHATTA YURIYAHU BA'UDA MINANNAR".

Sopo wonge menehi mangan dayoh hinggo wareg menehi ngombe hingga ilang ngelake Gusti Alloh ngaramke geni neroko (Riwayat Abdillah bin Umar)

Sunan Mbayat mengimplementasikan hadist tersebut dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan di masyarakat..

Pada suatu saat musim paceklik kemarau yang amat panjang di tambah waktu itu kondisi masyarakat yang minus, maka banyak kemiskinan. Akeh wong kekurangan pangan sandang kang ora layak.


Baca juga :

Patembayatan Sejati - Padhepokan Pusaka


Hasil sawah sudah terjual di pengijo, para tengkulak atau para pembesar banyak yang merampas dengan dalih pajak untuk kerajaan.

Pedati sang juragan pengijon terseok-seok terlalu berat beban si sapi, gabah yang sesak pepat * manjung* berjalan, datang seorang janda fakir sambil mengendong anak.

Bermaksud minta beras atau gabah sekedar mengurangi beban hidup menghidupi anak-anaknya, namun si juragan dengan galak angkuh mengatakan, IKI DUDU BERAS ..IKI WEDI..NGALIH NGALIH NGALIH.. atas ijin Alloh beras tersebut berubah jadi wedi (pasir)  termasuk yang dilumbung.

Sejak saat itu daerah tersebut di namai WEDI.


Para warga padhepokan, ada pelajaran yang bisa kita petik dari kejadian ajaran Mbah Bayat :

1. Jangan berbohong

2. Sedekahkan rejekimu panganmu pada tamu-tamu Alloh janda-janda tua fakir miskin, yatim, agar barokah

3. Jangan kita cari harta dengan cara kharom melupakan hak-hak sesama misal dengan cara ngijon, tengkulak menimbun berlebihan dan sebagainya

SEMOGA KITA SEMUA MENDAPATKAN pencerahan keimanan dari Alloh setelah kita membaca karomah Sunan Bayat. 

(Pusaka)

Panembahan Agung Keponakan Sekaligus Menantu Sang Mbayat

Para Wargo Padhepokan,

Dari arah maqom Sunan Tembayat, kendaraan berjalan pelan, melewati jalan indah berliku persawahan nan hijau ranau. Sebagai lumbung padi daerah sang sunan, terdapatlah sebuah maqom Panembahan Agung,  Masjid Agung yang tua berkharisma, tertua setelah Masjid Golo.



Masjid ini adalah Masjid Agung Kauman. Masjid berada di Dukuh Kauman, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten.

Maqom dan masjid itu sangat di hormati Keraton Solo sebagai cikal bakal.


Panembahan Agung Kajoran/Pangeran Maulana Mas Ing Kajoran/Mbah Agung Panembahan Agung Kajoran

Serat Candrakanta menyebutkan bahwa pendiri Keluarga Kajoran ini adalah Panembahan Agung, merupakan keturunan Sayid Kalkun, saudara dari Kiai Ageng Pandanaran.

Trah Kajoran berasal dari Panembahan Bathoro Katong, penguasa Ponorogo dan jika ditarik keatas lagi masih juga keturunan Brawijaya V sedangkan pendiri Trah Kajoran adalah Pangeran Maulana Mas yang kemudian dikenal dengan nama Panembahan Agung ing Kajoran.

Sumber tradisi lainnya menyebutkan bahwa Panembahan Agung adalah penerus dari penguasa Pengging. Panembahan Agung kemudian menetap di Kajoran dan menikah dengan dua orang putri Sunan Bayat. Maka pertautan antara Keluarga Kajoran dengan Tembayat menjadi kuat. Keluarga Kajoran juga memiliki hubungan pernikahan dengan kerajaan Mataram Islam. Panembahan Senopati menikah dengan dua putri dari Panembahan Agung.

Didalam bangunan setelah teras tempat juru kunci makam menerima tamu maka dalam bangunan utama terdapat beberapa nisan makam yaitu pusara Panembahan Raden sekalian, Pangeran Mas Sekalian, Pangeran Raden, Pangeran Agus, Pangeran Suroto dan Pangeran Singosari.

Komplek Makam

Pusara makam Panembahan Agung Kajoran terletak dalam satu bangunan rumah berarsitektur joglo dengan dinding tembok yang kokoh didepannya berdiri bangunan gapura paduksa sebagai pintu masuk dengan ukuran pintu yang didesain dengan ukuran pendek sehingga setiap peziarah harus menundukan kepala ketika memasuki pintu gapura tersebut.

Pada bagian ujung ruangan terdapat bangunan tajuk berukuran sekitar 2,5 m x 2,5 m yang berdinding kayu jati, untuk dapat memasuki ruangan tersebut maka harus melewati undakan bertangga sebanyak tiga trap. 

Didalam bangunan tajuk tersebut adalah pusara dari pada Panembahan Agung Kajoran atau Pangeran Maulana Mas yang jirat pusaranya terbuat dari batu andesit yang dibungkus dengan kain putih bersih yang di hijabi dengan kelambu kain berwarna putih, ditengah tengah pusara terdapat daun daun bunga yang beraroma sangat harum.

Panembahan Agung adalah salah satu diantara keponakan sang sunan, beliau berasal dari Wonokerto Ponorogo. Beliau adalah salah satu penerus Ajaran Patembayatan ( sayang aurotannya sudah hilang sejak beliau meninggal seiring Sultan Agung).

Beliau sangat di tuakan, sampai-sampai orang orang ziaroh maqom Masjid Kajoran harus ke maqom Panembahan Agung.

Panembahan Agung mempunyai suatu ajaran yang di wujudkan soko tunggal yang ada di selatan maqom beliau  ajarannya sangat indah.

MANUNGGAL NO PENGERAN

RESIK ONO BATINMU DUMEH RESIK LAKUMU

Maqom beliau di Kajoran yang masih di jaga keturunan beliau dan abdi dalem Keraton Solo.

Semoga masih ada waktu napak sejarah ziaroh ke petilasan panembahan ngudi kawruh. (Pusaka)

LAKU MANDEG SOKO KUMPUL DONYA MRING ATI KANG WENING

Mengenal Sunan Tembayat secara jiwani...

Perjalanan jiwa kanjeng sunan yang pada awal merasa kalau dunia banyak, dia menjadi berubah setelah Sunan Kalijogo mempertaubatkan.

Perjalanan panjang dari Semarang ke Seban banyak sekali kejadian yang mengajarkan pada sang sunan kalau dunia bisa membahayakan dirinya.

Kejadian di Salatiga dan sebagainya misalnya, maka disitulah kanjeng sunan menemukan jati diri, ruh Islami  bahwa Islam itu rahmatan lil'alamin.

Membawa ramat kedamaian bagi sesama dan berakhlak.


Beliau memilah akhlak menjadi 3 yaitu :

1. Akhlak kepada Allah

(Dengan bertauhid menjalan perintah-Nya, mencintai rasul-Nya)

2. Akhlak pada semua makhluk. (menjaga keseimbangan alam, tidak merusak alam, baik pada sesama, ikut menjaga kelestarian alam)

3.Akhlak pada diri sendiri. (jangan sampai berbuat berlebihan menyakiti menyiksa membuat kerugian pada diri sendiri)


Itulah mulai tercipta ajaran Patembayatan atau Kerukunan.

Sang sunan mampu menjadikan lingkungan Cokro Kembang, Jabal Lekad (BC. Jabal Akhad) lingkungan bertauhid nan damai.

Jauh dari hiruk pikuk keduniawian yang hanya ngumpulkan dunia (ditumpaki dunya) menjadikan lingkungan sederhana namun menjadikan dunia kendaraan beribadah pada sang pencipta (numpak dunya)

Padhepokan Pusaka

Lanjut...nantikan episode keturunan sang sunan selanjutnya.


Baca Juga :

Guru Sejati

Patembayatan Sejati




Dununge Iman

Aurotan 21 Maret 2019

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para wargo Padhepokan
Orang yang meningkatkan imannya, meningkatkan segala sesuatunya, meningkatkan kecintaannya kepada Allah dalam beribadah, dalam melakukan apapun akan perintah Allah bukan karena perintahnya namun karena kecintaannya maka akan timbul didalam manahnya keasyikan kepada Allah yaitu dzikir-dzikir. Gesang itu hanya benar-benar karena Allah, tidak menoleh apapun tentang dunia dan siapa saja.

Keasyikan kepada Allah ini kadang-kadang dari kacamata orang yang tidak memahami, orang ini meninggalkan syariat namun sebenarnya kecintaan kepada Allah yang berlebihan dan itu merupakan kecintaan murni dari hatinya.

Para wargo Padhepokan
Ada seorang sufi wanita Rabiah Al-Adawiyah setiap hati menangis karena saking cintanya kepada Allah yang melebihi segalanya.

Syekh Siti Djenar kecintaannya kepada Allah dan dianggap oleh orang dengan sebutan Wihdatul wujud tanah Jawi.

Al-Hallaj juga seorang yang mencintai Allah lebih dari segalanya diatas manusia yang lain kecuali Rasulullah. Kecintaan ini membuat orang-orang menganggap beliau menduakan Allah karena mengaku sebagai Allah.

Namun sak tenane tidak seperti itu. Karena kebenaran yang sejati adalah kita benar-benar tidak ada. Mulut kita untuk berdzikir ini adalah pemberian dan kepunyaan Allah. Telinga kita, tangan kita juga pemberian dan kepunyaan Allah. Orang yang sedang asyik kepada Allah ini sebenarnya tidak bisa dinilai dan dihina dari sisi syariat.

Contoh kisah Nabi Musa yang diminta para pengikutnya untuk sholat istiqo' menurunkan hujan namun hujan belum juga turun.

Musa kemudian bertanya kepada Allah, "Ya Allah...mengapa belum juga turun hujan, apakah doa kami tidak sampai".

Dijawab oleh Allah, "Pengikutmu itu yang ikut sholat tidak semuanya meminta. Ada yang suka menggunjing orang lain, ada yang hatinya selalu membentuk kemunafikan, ada yang didalam hatinya itu tidak sholat."

"Kalau seperti ini saya harus bagaimana?", tanya Musa

"Temuilah orang yang namanya Barroh, ciri-cirinya seperti ini...", jawab Allah

Akhirnya Nabi Musa berangkat mencari Barroh yang dinilai masyarakat pada waktu itu seorang yang biasa dalam beribadah syariat namun hatinya selalu mencintai dan mengingat Allah. Setelah bertemu diceritakan keluhan masyrakat untuk meminta hujan dan ternyata belum juga dikabulkan oleh Allah.

Barroh sekonyong-konyong berkata, " Ya Allah apa susahnya Panjenengan menurunkan hujan, Apakah hujan sudah tidak menurut kepada Panjenengan. Tidaklah rugi menurunkan hujan kepada orang-orang munafik itu, bukankah Panjenengan adalah Pangeran yang menciptakan alam ini. Turunkanlah hujan ya Allah"

Musa marah karena Barroh tidak mempunyai adab dalam meminta kepada Allah namun Allah melarang karena begitulah sifat Barroh, kamu tidak tahu sejatinya didalam hatinya Barroh itu asyik masuk kepada-Ku.

Setelah Barroh berucap seperti itu maka hujan turun dengan lebatnya.

Baca Juga :

Para wargo Padhepokan
Ditanah Jawa ada beberapa kisah seperti itu, tahun 1985 di Jogyakarta, Kanjeng Sultan Hamengkubuwono IX ketika akan memasuki keraton ada seorang tukang becak dalam kondisi siang panas yang menyengat. Tukang becak itu dari jauh melakukan penghormatan dan berkata,"Duh Gusti...nyuwun jawah Gusti".

Sultan Hamengkubuwono IX hanya menoleh dan tersenyum. Ketika memasuki Keraton, hujan turun dengan lebatnya. Itulah keasyikan-keasyikan hati ini kepada Allah. Kecintaan kita kepada Allah diatas segalanya.

Jangan cinta ini ditipu-tipu. Mengakunya cinta kepada Allah ternyata mencintai duniawi. Mengaku takdim kepada Guru namun sebenarnya mengambil keuntungan untuk kepentingan sendiri dan dibalik itu memanfaatkan keadaan.

Punya pimpinan yang ikhlas namun dimanfaatkan kebaikan pimpinan itu untuk keuntungan pribadi.

Ada yang sholat dengan khusu' namun kenyataannya sholat itu untuk kedok, menipu hatinya sendiri. Tidak ada lagi keikhlasan dan kecintaan kepada Allah. Mungkin dari 100 orang yang sholat dimasjid, berapa orang yang mencintai Allah, berapa orang yang benar-benar ikhlas?.

Para wargo Padhepokan
Oleh karena itu Totonen atimu yen milek noto uripmu. Kalau kita sudah menata hati kita untuk mencintai Allah dalam segala hal, dalam segala sisi kehidupan maka sebenarnya Allah juga akan pelan-pelan menata hati kita, menata hidup kita. Sekali lagi Hasbi Allah..Hasbi Allah...namung dateng Panjenengan ya Allah...Namung dateng Panjenengan.

Mari kita noto ati, tidak menjadi munafik pada diri kita sendiri antara lisan dan hati. Tapi kita menata hati kedepan, saya yakin kita semua akan dicukupkan oleh Allah. Cukup keamanannya, cukup ketentramannya. Cukup keayemane (kedamaian).

Jika kita memburu ayem maka akan senang tapi jika memburu senang belum tentu ayem (damai). Karena ayem adanya dihati dan senang adanya dipikiran. Orang itu jika hatinya ayem maka pikirannya tetap jalan namun jika pikirannya senang, hati bisa gelisah.

Contoh orang yang memakai sabu-sabu, pikirannya akan senang, akalnya akan bebas karena hanya menghindar dari masalah namun hatinya pasti akan gelisah. Begitu juga orang yang selingkuh, akal pikiran akan senang namun hatinya khawatir dan tidak tenang karena takut ketahuan.

Para wargo Padhepokan
Mari sekali lagi sedanten warga Padhepokan nglerehne ati, madakne ati ugo lesan, yakin kanthi lerehing ati, Allah dadosne kulo lan panjenengan kawulo kinasih. Mari kita maos umul kitab, mugi kesalahan ingkang lalu dipun ngapuro Allah.

Kedepan kito tansah pinuntun dening Allah, noto roso noto ati noto pikir. Dipun paringi kemudahan dalam segala hal. Dipun paringi ayemme ati padange pikir, tentreme ati tentreming pikir.

Al-Fatihah.

Assalamu'alaikum Wr. Wb 
         

Lungguh Nggayuh Kawruh

Aurotan Maret 2019

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Lungguh Nggayuh Kawruh

Para wargo Padhepokan
Sesuai dengan pesan Kanjeng Sunan Tembayat, banyaklah kita duduk dengan para alim, orang yang banyak ilmu dan diamalkan. Jaman sekarang banyak perkara jika kita pilah-pilah tentang ulama. Ada yang ulama disebut mualimin, ulama yang punya ilmu dan diamalkan. Puncak dari ilmu itu adalah kebijaksanaan. Bijaksana dari ilmunya. tidak gampang sambat, tidak gampang mengeluh, tidak gampang menangis dan tidak gampang menyalahkan.

Orang itu harusnya kaya ning tidak punya apa-apa dan tidak butuh apa-apa. Tapi ada juga orang alim namun tidak mengamalkan ilmunya. Mengerti samubarang tentang ilmu agama namun dia mempunyai ilmu hanya untuk memecah belah. Contohnya saat ini banyak info-info dimedia sosial yang ternyata bertujuan untuk memecah belah umat. Ada yang punya ilmu namun hanya digunakan untuk menipu. Mengatasnamakan Allah untuk menipu. Ada yang mengaku ulama namun sejatinya tidak mengerti serta tidak mengamalkan.

Para wargo PadhepokanItulah mengapa kita harus memperbanyak duduk dengan ulama-ulama yang sejati yang punya ilmu dan mengamalkannya. Ulama yang menyejukkan dan memberi manfaat bagi umat. Seperti pesan Kanjeng Sunan Kalijogo kepada Sunan Tembayat, "Pada saat kita duduk bersama ulama maka sebenarnya ulama itu akan memberi manfaat dan menyejukkan hati kita".

Lakonono uripmu kuwi kanthi ikhlas. Maksimalkan kita semua saling srawung kepada yang lain. Maksimalkan kita saling bermuhasabah, saling tetulung, saling sambung silaturahmi namun kewajiban kita hanya satu yaitu taat kepada pangeran.

Para wargo Padhepokan
Sunan Amangkurat I (1619-1677) meninggal di Tegal sampai di sebut Sunan Sedo ing Tegal Arum. Apa yang terjadi, Sunan inilah yang pertama kali membuat keris dari bahan biji besi, biji nikel dari langit yang jatuh untuk pamor. Keris ini dipergunakan untuk membunuh kekasih Allah lebih dari 1000 ulama pada waktu itu. Tragedi itu merupakan salah satu sisi gelap sejarah Mataram.

Bahkan salah satu ulama yaitu Panembahan Pangeran menyampaikan bahwa "Titenono besok yen ono kebo bule matane biru bakal ilang wong jowo, kari separo yen panggah melu kuwi".

Maksudnya jika masih mengikuti budaya-budaya kekafiran dan budaya yang tidak njawani. Pembunuhan ini terjadi kalau sekarang di pasar Prambanan. Oleh karena itu disana ada tugu peringatan pembunuhan.

Baca Juga :

Setelah itu banyak muncul pemberontakan salah satunya oleh anaknya sendiri yaitu Mas Rahmat (Amangkurat II), kelak dibantu oleh Panembahan Rama (Kajoran) dan Raden Trunojoyo (Madura) yang membuat Amangkurat I terusir dari istananya dan melarikan diri terlunta-lunta ke arah barat sampai pada akhirnya meninggal dan dimakamkan di Tegal.

Itulah bentuk-bentuk Allah berperang melawan orang-orang yang memusuhi kekasih-Nya. Jangan dikira memerangi kekasih Allah itu hanya mengangkat pedang atau senjata tapi namun perilaku tidak hormat, diajak berbuat baik malah berbuat sebaliknya, memfitnah ulama dll.

Contoh paling sederhana adalah banyak sekali orang-orang padhepokan difitnah. Namun Pangeran tidak tingal diam coba panjenegan perhatikan, musibah demi musibah akan menghampiri dan menggulung mereka.

Para wargo PadhepokanOleh karena itu mari kita noto roso. Mari kita segera tinggalkan sesuatu yang tidak baik, letakkan hati ini ketempat yang benar. Mari kita lerehkan hati kita ing sasono panembahan suro natan, ditempat menyembah para raja yaitu masjid dihati kita masing-masing.

Mari kita nenuwun marang Allah, mugi-mugi ati niki, ati anak turun kito sedoyo, tansah pinaringan rejeki. Dadoso kawula kang paring roso welas lan roso asih ingatase sak padane titah.
Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

   

Penggalan Syurga Nikmat Bagi Kita Yang Tiada Tara

Aurotan 7 Februari 2019

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para wargo Padhepokan
Bumi pertiwi yang kita cintai ini merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita bangsa Indonesia. Diseluruh alam ini tidak ada yang lebih enak dari Indonesia. Berbagai jenis tanaman hampir semua dapat tumbuh di Indonesia. Kurma sekalipun, dapat tumbuh di Indonesia. Tanaman dimusim dingin juga bisa tumbuh di Indonesia, di Gunung Semeru, di Magetan, dapat tumbuh di Jayawijaya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai flora dan fauna terbanyak.  Indonesia mempunyai kemajuan pembangunan yang lebih dari tempat lain. Orang sekarang menjadi lebih baik dalam ekonominya, bahkan orang yang terkena gusurpun akan mendapat ganti yang jauh lebih baik.

Para wargo Padhepokan
Namun ada saja orang yang selalu tidak bersyukur dengan nikmat itu. Jika kamu kufur ingatase nikmatu moko saktenane sisaku luwih pedih. Kita prihatin dengan orang-orang yang tidak bersyukur sudah dapat hidup tentram di Indonesia. Pemerintahan yang sudah baik dihujat, bahkan menghujat negaranya sendiri. Seolah-olah Indonesia ini jelek sekali, sudah tidak ada sisi baiknya.

Bumi yang dianggap kepingan surga ini mestinya kita jaga. Tidak ada satu negarapun yang sebebas Indonesia. Kita melakukan kegiatan ini, ngaji...jika di luar negeri maka akan ditangkap. Bukannya tidak baik tapi dituduh akan menjatuhkan pemerintahan. Itulah kondisi diluar Indonesia.

Oleh karena itu bagaimana kita ini harus mensyukuri sebagaimana orang Islam. Bagaimana cara mensyukuri? Tidak ikut-ikut membuat gaduhnya negara. Tidak ikut-ukut membuat ruwetnya negara. Tidak ada hari di tempat lain selain Indonesia yang membuat peraturan adanya Hari Santri seperti di Indonesia.

Tapi masih ada orang-orang yang entah apa disebut 212, 214 atau apapun yang lain, menganggap Indonesia itu tidak ada benarnya. Banyak gunung meletus mestinya kita mensyukuri bahwa itu akan membuat suburnya tanah. Pangeran itu kalau menginginkan mengatur umatnya itu terserah Pangeran tidak bisa kita yang mengatur. Bahkan seolah-olah sholat itu untuk mengatur kebutuhan Pangeran padahal sholat itu adalah kebutuhan manusia bukan kebutuhan Pangeran.

Para wargo Padhepokan

"Sing sopo wonge tangi turu, isuk jedul, nawaitu nenulung uwong, nawaitu nyenengne uwong moko ganjarane ngluwihi wong sing mulih haji mabrur."

Membuat orang senang tidak harus dengan dunia. Tersenyum, membuang duri dari tengah jalan, ada orang bertanya dijawab dengan baik itu semua sudah bagian menolong dengan ikhlas. Sangat sederhana dan mudah. Budaya inilah yang sebenarnya sangat identik dengan Indonesia dan itu adalah ajaran Islam.

Ajining diri soko lathi - inilah budi pekerti Islam.

Masyaallah...maka mari kita terus mensyukuri seperti pesan Kanjeng Sunan Tembayat,

"Ora gae melu ompyaking gawe ruwete negoro nanging melu nyengkuyung negoro supoyo kita dadi sak apik-apike manungso, kuntum khoironnass. Supoyo dadi menungso sing paling apik kuwi kudu apik sak padane menungso, sak padane titah."

Semua golongan manusia, baik itu beragama berbeda, berbeda suku, berbeda golongan bahkan partai, tidak dibeda-bedakan untuk berbuat baik. Mari apapun pekerjaan kita, jika jadi petani maka mari kita olah tetanen kita menjadi yang bermanfaat untuk yang lain. Jika jadi sopir mari mensyukuri, mengantar barang dengan baik untuk kebaikan bersama.

Para wargo Padhepokan
Sekali lagi bahwa mari kita nglendehne, nyelehne ati marang Pangeran. Tidak ada nikmat kecuali tawakal kepada Allah. Pasrah ngarsaning Allah. bukan berarti kita tidak berusaha namun tetap makaryo, tetap berupaya namun kabeh lelandasan pasrang marang Pangeran.

Mari kita doakan mugi Allah maringi nikmat ngatos benjang sak anak turune kito sedoyo.

Al-Fatihah.  

Wassalamu'alaikum Wr. Wb        

Njagi Deso Mreh Raharjane Projo

Pusaka News - Hari Senin tanggal 28 Januari 2019 sekitar pukul 14.00  Kapolres Kota Blitar Bapak AKBP Adewira Negara Siregar, S.I.K. M.Si didampingi Kapolres Srengat Bapak Kompol Putut Suhermanto, SH melakukan kunjungan kerja ke Salah satu tokoh masyarakat dan tokoh agama di Desa Dandong Srengat yaitu Bapak Hairi Mustofa atau biasa dipanggil Gus Hairi. Beliau adalah pemangku Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat sekaligus sebagai Koordinator Wilayah Kecamatan Ponggok untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar yang beralamat di Jl. Karya Miharja No. 40 Srengat Blitar. Turut pula dalam rombongan Camat Kecamatan Srengat Bapak Darmadi, S.Sos. M.Si serta Kasat Intelkam dan Kasat Binmas.

Njagi Deso Mreh Raharjane Projo

Silaturahmi ini merupakan agenda rutin dari jajaran Polresta Blitar dan ajakan kepada para tokoh masyarakat serta tokoh agama untuk tetap menjaga kantibmas terutama menjelang kegiatan akbar yaitu Pemilu 2019.

"Mari kita terus jaga kebersamaan ini. Bukan hanya dalam persiapan pengamanan pilkada serentak, tapi lebih dari itu agar dapat lebih mempererat kerukunan antarumat beragama, sehingga tercipta Blitar Raya yang aman, nyaman, dan kondusif", ujar beliau.

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat


Disambut Hangat
Dalam kunjungan ini Kapolresta Blitar dan rombongan disambut hangat dengan suasana kekeluargaan beserta warga Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat.  Dengan jamuan yang sederhana tidak mengurangi keakraban dan suasana kekeluargaan dalam kunjungan tersebut.

Kunjungan Kapolresta Blitar ke Padhepokan Pusaka

"Kami warga Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat mengucapkan selamat datang kepada Bapak Kapolresta Blitar dan rombongan semoga kunjungan ini meningkatkan keakraban dan memberi manfaat untuk warga kami khususnya dan masyarakat pada umumnya", Ucap Gus Hairi.

Beberapa pesan dari Kapolresta Blitar diantaranya memang untuk mengajak para tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk mengantisipasi adanya kelompok radikal dan kelompok garis keras yang saat ini masih ada di indonesia.

"Saya menghimbau agar selalu menjaga tidak terlibat ajakan kelompok radikal dan kelompok garis keras dan Saya juga berpesan kepada tokoh agama di wilayah Kecamatan Srengat agar saling menjaga Kamtibmas di wilayah masing masing dan jangan mudah terprovokasi atau mengikuti ajaran. Ajaran agama yang bersifat radikal dan saling menjatuhkan agama lain", pintanya.

Kunjungan Kapolresta Blitar ke Padhepokan Pusaka

Sesuai dengan Spirit Padhepokan Pusaka
Mambangun roso kanggo sak padane titah atau kesalehan sosial itu dimulai dari hati kita. Oleh karena itu di Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat, kita selalu diajarkan untuk selalu noto ati, noto roso, noto jiwo. Jika hati  belum toto, ini berarti ada penyakit hati dan dzikir itu adalah obat penyakit hati. Kita bisa mengupas jiwa kita, mengupas hati kita karena hati sudah toto. Kita tidak mudah menyalahkan orang lain. Kita bisa introspeksi diri karena hati sudah toto.

Himbauan dan ajakan Kapolresta Blitar sangat sesuai dengan ajaran di Padhepokan Pusaka. Gus Hairi selaku pemangku selalu menghimbau dan memberi contoh kepada para warga padhepokan untuk berkesalehan sosial, selalu mengajarkan jiwa paseduluran atau patembayatan kepada sak padane titah, kepada manusia, kepada hewan dan tumbuhan, saling menghormati kepada orang lain, ringan tangan menolong yang lain walaupun itu berbeda agama, berbeda ras, berbeda partai dll.

Gus Hairi selaku tokoh masyarakat dengan tekun mencontohkan berkesalehan sosial, nulung sakpodo-podo maklu jumangkah ing bumine Allah. Setapak demi setapak mengajarkan kebaikan, mengajak kepada ketauhidan walaupun didalam kemasan-kemasan adat istiadat. Namun kecintaan beliau kepada lingkungannya dan kesalehan sosial membuat suasana diantara elemen masyarakat terutama didaerah Blitar dan sekitarnya menjadi lebih adem dan kondusif.

Tresno Pangeran Pinaringan Dunyo

Aurotan 10 Januari 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para wargo Padhepokan
Salah satu sifat Allah, sifat itu juga berarti kehendak Allah yang diberikan kepada para kawulane yaitu kepada kita semua berupa sifat adil. Yang namanya adil itu tidaklah harus sama namun sesuai dengan kebutuhan. Pada saat kita mungkin kurang ikhlas untuk kita mujo lan muji bertasbih kepada Allah maka Allah memberikan cobaan berupa kegetiran-kegetiran hidup, kegetiran perasaan. Disaat itulah kita kadang mengingat Allah, berdzikir. Kadang-kadang kita berjanji kepada Allah tapi kadang juga janji itu tidak selalu ditepati. "Ya Allah jika aku diberi harta maka aku akan beramal..". namun ketika Allah merubah dari cobaan menjadi kenikmatan maka banyak yang masih lupa dengan janjinya.

Ada seorang saudagar atau pedagang yang juga sangat sakti pada jamannya yaitu jaman Pangeran Wonoboyo atau sejaman juga dengan Joko Tingkir. Saudagar ini dengan segala kelicikannya yang mungkin juga sampai saat ini masih ada yaitu menjual jimat agar orang cepat kaya. Tentunya dengan kesaktiannya, dengan sihirnya dan dengan omongannya sehingga jadilah orang itu kaya. Namun didalam kekayaannya saudagar ini melupakan kodratnya sebagai seorang saudagar. Dia berusaha merubah dirinya menjadi seoarang kesatria untuk merebut kekuasaan.

Datanglah putra dari Kanjeng Sunan Tembayat yaitu Ki Ageng Giring, "Yen kowe wis ginaris kodrat dadi saudagar jadilah saudagar yang baik yang tidak merugikan orang lain. Jadilah saidagar yang menjadi kemaslahatan untuk orang lain. Janganlah merubah kodrat menjadi kesatria dengan jalan menumpahkan darah".

Saudagar itu pintar menghasut dan punya banyak pengikut karena kesaktiannya. Saudagar itu adalah murid dari Pangeran Handayaningrat atau Pangeran bersenjata canggah bermata empat. Ditegur oleh Ki Ageng Giring bukannya menerima tapi malah menantang berkelahi, bertarung jaya kawijayan. Pertempuran itu diabadikan di sebuah Kitab Babad Mataram dan terjadi di sebelah selatan Candi Prambanan yang disebut Medan Prambanan yang sampai saat ini terdapat batu-batu besar kiriman dari Mbah Gembel Gunung Merapi, mengalir sungai ke Selatan. Dalam pertempuran itu ilmu-ilmu yang hampir punah setelah Patih Mada seperti Gelap Ngampar, Malih Rupo, Tameng Mojo dikeluarkan oleh saudagar itu namun Ki Ageng Giring tidaklah menyerah dan dengan keyakinan bahwa tidak ada kekuatan selain Allah laa haula wala quata illa billah. Maka hancurlah saudagar itu terkena ajian Gogrog Asem, badannya utuh namun jantung dan hatinya hancur, matilah saudagar itu. Kematian dalam keadaan su'ul khotimah setelah di ingatkan namun tidak memperdulikan keadaan.

Para wargo Padhepokan
Itulah para dulur, manusia itu penuh gegayuhan. Baik itu gegayuhan dunia maupun gegayuhan akhirat. Gegayuhan wadag utowo gegayuhan ruhaniyah. Gegayuhan niku gandeng kahanan yang diciptakan oleh Allah mampu atau tidak rogone awake dewe, pikire awake dewe, bondone awake dewe, dongane awake dewe. Nah...gegayuhan inilah yang kadang-kadang membuat lupa dengan Pangerannya. Oleh karena itu orang berguru dengan Cangkul, sesuai yang dicontohkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, bahwa diujungnya tajam untuk meratakan barang yang kasar. Maknanya pacul, ojo sampek ucul awake dewe nempanne ati. Ada blengker kangge nggondeli doran, kekerono ojo sampe maido Pangeran. Itulah pesan dari Kanjeng Sunan Kalijaga, memberikan contoh Pacul, dikekeri - hawa nafsu itu diikat jangan sampai kita maido Pangeran namun ratakan, pacul itu untuk meratakan.

Kalau sudah seperti itu orang itu jika mengejar segala gegayuhan yang didorong hawa nafsu maka orang itu akan semakin jauh, semakin jauh dari Pangeran karena menurutnya yang namanya suatu ketetapan didalam Lauhul mahfudz itu terpilah-pilah, usaha itu tidak masuk dalam ketetapan Allah, itu menurutnya. Kedua, Nafsu inilah yang menjadi satir, hijab, pembatas bagi kawulo lan Gusti.

Baca Juga :
Bedo Kuwi Rohmatullah
Guru Sejati

Para wargo Padhepokan
Memang manusia ini tidak bisa terlepas dari hawa nafsu namun kekerono hawa nafsu itu. Mata kita itu lebih senang melihat orang cantik dari pada orang yang sudah tua. Telinga kita lebih senang mendengarkan lagu yang mendayu-dayu dari pada mendengarkan sholawat yang merdu. Inilah hawa nafsu karena duniawi namun jangan lupa dunia itu ibarat sirathal mustaqim jika kita berjalan harus tahu dan bisa tapi dengan Iyyakana'budu wa iyya kanasta'in (Hanya Engkaulah yang kami ibadahi dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan) laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah...sebagai tuntunan Islam ajaran tauhid. Bahkan sejak jaman Adam juga Islam bahkan didalam kehidupan Muhammad sampai Allah berfirman, wa tin wa zaitun jaman Musa. Jaman relief-relief sampai patung sapi Samiri yang terakhir Muhammad hadal baladil amin, negara yang baik. Itulah rangkaian penyempurna Allah dari jaman Adam sampai Muhammad bahwa Al-Quran adalah penyempurna dari semua kitab.

Hawa nafsu inilah yang membawa manusia menjadi angkara murka  jika dagang tidak peduli lainnya, bagaimana saya mendapatkan untung yang banyak walaupun yang lain dikorbankan. Pangeran itu ada didalam hati kita, sebodoh apapun manusia pasti tahu mana yang baik dilakukan atau yang tidak baik dilakukan. Karena hawa nafsu inilah kita sering lupa. Oleh karena itu para dulur...hawa nafsu itu dalam membisikkan dihati kita sangat halus. Jangan dianggap kyai yang kondang itu baik, belum tentu. Ada yang tenggelam suasana karena ketenaran.

Para wargo Padhepokan
Pengendalian hawa nafsu dan keinginan itu dalam dihati kita.
Karena keinginan nafsu yang besar itu termasuk penyakit hati dan obatnya adalah dzikir kepada Allah. Dalam keadaan apapun, tidur, berbaring, duduk, berdiri, berjalan dalam arti kita tidak putus dalam mengingat Allah. Jika kita selalu mengingat Allah maka Allah juga akan selalu mengingat kita.

Karena itu malam ini kita meminta kepada Allah semoga kita dan anak turun kita semua selalu dilindungi oleh Allah, mendapat keberkahan dan dikabulkan segala gegayuhanya, Al-Fatihah.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb         

Bedo Kui Rohmatulloh

Aurotan Desember 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar


Assalamu'alaikum Wr. Wb

Para wargo Padhepokan
Allah memberikan sesuatu hal yang berbeda satu sama lainnya, itu sejatinya untuk melatih kita. Saat ini apa yang disebut Islam selalu dimusuhi. Yaman Islamnya kuat namun dipecah dan akhirnya menjadi Yaman Utara dan Yaman Selatan. Indonesia pun Islamnya kuat salah satunya NU namun Islam Indonesia saat ini juga disusupi orang-orang HTI dan organisasi lain sehingga menjadi orang-orang yang su'ul adab. Takbir yang itu asma Allah namun untuk demo dan demonya dikaitkan politik.

Habib Luthfi datang ke Solo beberapa minggu yang lalu ketika saya berkunjung ke Tembayat. Beliau menghadiri haul Habib Anis. Haul itu paling tidak disukai oleh  kelompok yang sudah disebut diatas. Haul itu disebut bid'ah karena mendoakan orang mati. Ketika Habib Luthfi selesai dan meninggalkan acara, ada sekelompok orang yang berpakaian putih-putih seperti yang lain namun menyebut takbir sambil berteriak "Ganti Presiden". Nah...fenomena inilah yang membuat agama hanya menjadi tunggangan. Maka permasalahan ini tidak akan dijawab oleh Allah oleh mereka yang menggunakan agama bukan menjadi agemaning ati. Mereka datang kepada Allah hanya untuk politik bukan untuk  menyembah, bukan datang karena kecintaannya kepada Allah.

Para wargo Padhepokan
Orang sudah banyak yang lupa.
Orang banyak yang lupa menggunakan agama untuk kemuliaan mencari dunia bukan mencari kemuliaan sejati, kemuliaan hati.
Jika dunia ini sudah diperoleh maka mereka akan lupa dengan Pangerannya.

Habib itu bukan orang yang maksum, bukan orang yang selalu akan diampuni dosanya.
Mereka juga akan mempertanggungjawabkan segala tindakannya.
Apakah misal saya seorang keturunan trah Tembayat akan berbuat seenaknya sendiri berbuat?
Oleh karena itu hati...sekali lagi, hati untuk menggrahito sholat dengan hati, dunia dengan hati, Allah akan menjawab.
Saya tidak akan mengatakan itu akan dikabulkan atau ditolak karena yang berhak mengabulkan dan menolak hanyalah Allah.
Kalau saya sampai seperti itu bukankah berarti saya seperti firaun.

Para wargo Padhepokan
Jangan sedikit-sedikit memerintah orang.
Jangan sedikit-sedikit menyalahkan orang.
Ati ini di toto.
Kalau beragama harus beragama yang benar, berakhlak yang benar.
Untuk seperti Kanjeng Nabi itu sangatlah jauh kita.
Tapi setidak-tidaknya kita ikut derek lampahe Kanjeng Nabi.
Kanjeng Nabi sangat menghormati sesama.
Kajeng Nabi tidak menjadikan agama menjadi komunitas politik untuk memperkaya diri sendiri. Bahkan Kanjeng Nabi pernah ditawarkan emas sejabal uhud namun beliau tidak bersedia.

Para wargo Padhepokan
Kanjeng Nabi memang miskin namun dalam kemiskinannya beliau tidak pernah mengeluh.
Karena kemiskinan Kanjeng Nabi itu adalah pilihan bukan keterpaksaan.
Karena itu sampai Rasulullah bersabda, "Siapapun yang mencintaiku maka aku akan mencintai, safa'atku kepadanya".

Tresnane Kanjeng Nabi sampai seperti itu.
Kanjeng Nabi masih sugeng, beliau masih hidup didalam hati kita.
Mari kita noto ati dalam menyembah Allah. Mari menata hati berbuat kebaikan sakpadane titah. Semoga dengan itu Allah menjawab segala kebutuhan kita.
Kepada warga Padhepokan dimana saja semoga selalu diberi sehat, panjang umur.
Al-Fatihah.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb       

Guru Sejati


Aurotan  Desember 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para wargo Padhepokan
Tahun 1999 dimulailah pembangunan mushola ini dan sekarang sudah berusia 19 tahun. Mushola salah satu tempat dari sekian banyak papan dunung kita eling ngarsane Allah. Untuk dzikir kepada Allah oleh karena itu didalam mushola ini ada 3 tempat. Didepan ini adalah alam kubur, pangrantunan atau serambi, menanti dipanggil oleh Allah. Orang itu dikubur dan arwahnya ditempatkan dialam barzah dan dia tidak bisa kembali kedunia dalam wujud seperti sedia kala namun arwah terbebas bisa mengunjungi sanak saudaranya. Dan dialam barzah  itu ada pintu dan bisa untuk melihat. Alam barzah juga seperti itu jika amaliyah didunia kita ikhlas lan ridho marang peparinge Allah, maka alam barzah dapat untuk melihat alam kasuwargan.

Saat ini yang panjenengan duduki ini adalah Sasono panembahan suronatan kalau dahulu untuk menyembah atau menghormat para raja, Malikul mulk dalam bahasa Arab, dijawa disebut suronatan.
Saat kita dzikir dan sholat seperti ini selalu mengingat Allah dan akan menjadikan kita pribadi-pribadi yang merdeka. Didalam pribadi kita ada yang disebut Guru Sejati atau rosone awake dewe. Itu yang mengajarkan kita tentang kebenaran. Seandainya kita tidak mengerti dalil atau hukum  sekalipun tapi guru sejati pasti akan menuntun dan mengatakan bahwa yang salah itu salah dan yang benar itu benar. Kita tidak perlu tahu bahwa dalil mencuri itu adalah salah tapi guru sejati selalu mengatakan bahwa mencuri itu adalah salah.

Yang saya duduki ini adalah Pasujud, sujud itu meletakkan sesuatu yang paling kita hormati yaitu kepala ke tempat yang paling terendah yaitu tanah. Artinya apa para warga? Tempat berserah diri. Tidak ada satupun kebanggaan dari kita kepada Allah. Tidak ada yang kita banggakan didepan Allah,  yang ada hanyalah tawakal kita, itu sumarah pasrah ngarsaning Allah, nderek panjenengan ya Allah...dan jangan pernah ada rasa takabur. Walaupun Allah memberikan janji, semisal "Tidak ada balasan kecuali surga bagi haji mabrur". Untuk mencapai kemabruran orang itu tidak ada yang tahu maka paling penting dalam hidup kita adalah rasa ikhlas. Bukan hajinya kita, bukan sholat kita dan bukan amalan apa saja yang mengantarkan kita kesana namun karena kehendak Allah, ridho Allah. Ridhonya Allah itu turun yang menjadi ridhonya kita ing ngatase peparinge Allah.

Para wargo Padhepokan
Oleh karena itu benar sesuai ucapan Syekh Siti Djenar bahwa, "Alam dunia ini adalah shiratal mustaqim, bagian dari neraka, pacobaning hawa nafsu dan jika ada kebahagian itu hanyalah semu, kamuflase kecuali bagi orang yang betul-betul ikhlas ing ngatase peparinge Allah."

Dan yang ada kita mencintai Allah, sebuah totalitas, bukan sebuah keterpaksaan sholat kita, bukan sekedar keterpaksaan dzikir kita namun totalitas dan tresno kepada Allah maka Allah akan memberikan cintanya kepada kita dan akhirnya akan memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita. Karena itu, sujudlah kita dengan ikhlas, sujudlah dengan perasaan tresno kepada Allah, Lumakuo ing bumi kanthi aweh kabecikan lan aweh katresnan marang sak padane titah. Kanthi tawakal ngarsaning Allah. LA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLAH....

Para wargo Padhepokan
Tidak ada kalimat yang pantas kecuali nyuwun ridhone pangeran, apa saja yang menjadi gegayuhan jika Allah ridho maka pasti Allah akan dikabulkan. Mugi-mugi Allah paring ridho ing ngatase peparinge lan kito ridho ing ngatase peparinge Allah. Amin 




Wassalamu'alaikum Wr. Wb


Ojo Cidro Marang Becike Atimu

Aurotan
Minggu ke-2, 13 Desember 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Para wargo Padhepokan
Manusia itu ketika di alam wahdah masih manunggal dadi siji dan ginarising umur seperti orang kontrak. Kontrak kita masih di alam wahdah belum di alam jisim. Misal saya dikontrak 80 tahun, panjenengan mungkin lebih panjang lagi maka setiap saat setiap tahun kontrak itu akan berkurang. Pengurangan dari daun tahun ke daun tahun ini akan kita jadikan kajian kita semua. Salah satu perenungan itu adalah didalam daun tahun yang sudah gugur, apakah kita masih menepati janji kita dialam wahdah? Manusia ataupun makhluk lain ketika dialam wahdah, masih belum ada arwahnya, diberi janji

"Aku ki rosomu kowe ki ruh rosoku mulane kowe kabeh ojo ninggal Ingsun"

Artinya : Ngaweruhono marang Gustimu, ngaweruhono marang Pangeranmu.
Bagaimana caranya ngaweruhi?

"Besok yen kowe wis dumunung ono alam Jisim, perangono tuwin hawa nafsu utowo ngaweruhono tuwin ing badanmu, ing nafsumu, sukmomu moko saktenane kowe bakal ngaweruhi Ingsun".

Sekarang kamu masih menjadi satu denganku tapi besok ketika sudah aku turunkan di alam jisim maka ada akan pembatas sehingga kamu tidak bisa memandang Ingsun. Pembatas atau hijab itu adalah hawa nafsu.

Jika kamu mengerti bahwa Ingsun ada didalam hatimu. Oleh karena itu, hati ini jangan dipenuhi oleh hawa nafsu, Hati ini jangan dipenuhi dengan urusan dunia harus ada sebagain tempat yang kosong, hanya untuk tempat ngarsane Allah. Ati ini wajib ono kangge manekung ngarsane Allah ya itu kosongnya hati kangge dunung ngarsi Allah.

Para wargo Padhepokan
Kamu sebelum diturunkan didunia harus mengerti bahwa Laa ilaha illa ana 3x ora ono Pangeran kejobo Ingsun. Allah tidak menyebut dirinya sendiri dengan sebutan "Allah" namun Allah menyebut ora ono Pangeran kejobo Ingsun mergo isih manunggal karo jasad Ingsun, isih manunggal karo Ingsun.

Sun bakal menurunkan Nur Muhammad mulai besok nganti pupusing jaman. Oleh karena itu

"Ora ono pangeran kejobo ingsun lan Muhammad iku utusan Ingsun, Nur Muhammad yo Nur Ingsun".

Inilah tauhid inilah hakikat moko kulo lan panjenengan kedunungan Nur Muhammad yang selalu menuntun kita semua. Nur Muhammad bisa menuntun siapa saja. Makanya Muhammad pernah didatangi dan ditanya oleh sahabat, "Ya Muhammad, amalan apa yang harus aku jalani agar aku sampai kepada Allah", dan Muhammad berkata :

"Hai Fulan, nutno atimu ojo cidro marang becike atimu 3x".

Hati itu tidak membutuhkan dalil apapun karena disitu duduk palenggahanipun Allah. Sebelum kita mengerti hukum bahwa mencuri itu adalah tidak baik. Tanpa harus menunggu dalil-dalil tentang pencurian. Moko ajo pisan-pisan cidro marang becike atimu karena dihati itu dumunung,tahta Nur Muhammad. Becike ati itu kita ikuti.

Baik buruknya manusia tergantung dari segumpal hati yaitu roso dan didalam roso itu ada hawa nafsu yang selalu mengajak menjauhi Pangeran. Jika Hati ini tidak sadar bahwa hidup ini adalah penuh dengan cobaan. Sebagaimana disebutkan oleh Kanjeng Syekh Siti Djenar bahwa :

"Urip iki kebak pasiksan lan pacoban".

Ketika kita dicoba dengan kemelaratan, kita akan semakin kuat. Semakin banyak kita berdzikir, semakin banyak kita bertobat, semakin banyak kita mengingat Allah dan semakin keras kita bekerja. Jika kita diuji dengan sakit maka kita semakin dekat dengan Pangeran, sering berdzikir. Sholatpun bisa sambil duduk, kuat sebenarnya kita.

Namun jika kita diuji dengan dunia, kekayaan, derajat, pangkat maka Masya Allah....  Nafsu bergelora, iman menyingkir dan semakin jauh kita dari Allah. Kita lupakan hati nurani kita. Bahkan kebaikan-kebaikan didalam hati akan hilang.

Para wargo Padhepokan
Disaat banyak yang sakit maka kita akan datang ke Padhepokan.
Nyuwun sewu kulo nderek ngiyup...
Nyuwun sewu kulo nderek sholat...
Nyuwun sewu kulo nderek dzikir...
Nyuwun sewu kulo nderek lereh rogo kulo-pikir kulo-ati kulo dateng mriki...

Tapi disaat kekayaan datang, disaat derajat dan pangkat datang maka lupalah kebaikan-kebaikan dengan sahabat yang dahulu ngopi bareng, sahabat yang dahulu merokok bareng, sahabat yang dahulu ngobrol bareng di Padhepokan.
Merasa dirinya sudah lebih dari yang lain.

Padahal coba kita dengarkan hati kita bahwa yang membedakan kita hanya iman, taqwanya.
Inilah dunia, inilah yang kasat mata yaitu alam jisim.
Karena dunia ini penuh dengan gemerlap maka akan tertutup hati kita.
Lupa bahwa kemulyaan dunia itu hanya sementara.
Lupa bahwa kita ini sedulur dengan kaum fakir miskin dan yatim.
Lupa bahwa kemulyaan dan kekayaan kita ada karena adanya fakir miskin, ada karena yatim.

Karena itu para dulur...dengan ini maka kosongkan manah, kosongkan hati sebagai tempat Allah dan jangan gampang tenggelam urusan dunia. Jangan mudah senang. Jangan mudah susah. Makom Padhepokan itu adalah makom tenang.

Para wargo Padhepokan
Ketika kita mendapat jabatan maka akan senang dan senangnya kelewatan maka cenderung lupa dengan saudara yang lain. Ketika berbuat apapun bahkan kita tidak mengerti apapun tentang hukum dan dalil namun jika dirasa hati ini selalu menjawab "Bahwa itu jelek dan merugikan" maka janganlah dilakukan.

Tidak ada sesuatu yang menggerakkan kita kecuali do'a (dongo). Dongo tawakal ngarsane Allah, dongo pasrah ngarsane Allah. Bahkan jika kita mau berfikir bahwa bukan Hajinya yang akan memasukkan kita ke surga, bukan amalannya yang mengantar kita ke surga namun karena kersaning Gusti Allah, Allah maha Menghendaki bukan campur tangan manusia.

Semoga kita tidak disesatkan oleh hawa nafsu. Saling mengasihi dan dikasihi. Al-Fatihah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb


****

Silaturahim ke Warga Padhepokan Magetan
dan Ziarah Makam Panembahan Romo (Kajoran)
10-11 Desember 2018

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Silaturahim ditempat tinggal Mbah Imam Magetan

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Mengunjungi warga Padhepokan Pusaka Cabang Magetan

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Menempuh perjalanan melewati sawah dan jembatan

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat


Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat



 Ziarah Makam Panembahan Romo (Kajoran)

Desa Kajoran, Wedi Kabupaten Klaten
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Raden Kajoran, juga dikenal sebagai Panembahan Rama (wafat 14 September 1679) adalah seorang ningrat Jawa Muslim dan salah satu pemimpin utama Pemberontakan Trunajaya melawan Kesultanan Mataram. Dia memimpin pasukan pemberontak yang menyerbu dan Plered, ibu kota Mataram pada bulan Juni 1677. Pada bulan September 1679, pasukannya dikalahkan oleh gabungan pasukan Belanda, Jawa, dan Bugis pimpinan Sindu Reja dan Jan Albert Sloot dalam pertempuran di Mlambang, dekat Pajang. Raden Kajoran juga dikenal sebagai Panembahan Rama dan dan terkena memiliki kesaktian dan kemampuan bertapa. Babad Jawa menyebutnya "Raden Kajoran Ambalik"
Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Pangeran Bimo - Cucu Panembahan Kajoran

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
Sendang

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat
. Watu Gilang Tempat bertapa Panembahan Kajoran

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat

 ***

Salik Pencari Cinta

Aurotan
Minggu ke-1, Desember 2018

Oleh :
Gus Hairi Mustofa
Pemangku Padhepokan PUSAKA Sunan Tembayat
Dandong Srengat-Blitar

Padhepokan Pusaka Sunan Tembayat Blitar

Allah itu menciptakan manusia supaya menjadi pemimpin dibumi ini dalam bentuk apapun. Dimaknai kepemimpinan di alam raya ini dimaknai bahwa manusia itu jangan sampai berbuat kerusakan. Kerusakan itu bisa muncul dimana saja kapan saja manakala hatinya manusia punya keinginan. Yang dimaknai pemimpin atau wakil itu adalah pemerintahan. Pemerintahan itu ada sistem dan dapat memerintah siapa saja namun sistem itu harus bisa dipertanggung jawabkan kepada Khaliful mulk, rajanya raja, kepada suronatan maharaja yaitu Allah Azza wa jalla.

Konsep khalifatul fil ardi itu tertanam dihatinya manusia. Yang memerintah itu otak dan harus dihadapkan ke arah hati. Hati yang lurus itu disebut telenging ati. Namun sebelum berhadapan dengan telenging ati, otak itu harus bertemu dengan Bahrul qolbu, segarane ati kang jembar tanpa winates kang diarani Jagad Agung. Tapi jika jagad agung ini penuh dengan keinginan maka tidak ada ruh hati yang kosong untuk menyebut asma Allah, penuh dengan hawa nafsu maka yang terjadi adalah kerusakan dimuka bumi. Tidak akan ada kedamaian apapun bentuknya. Hati ini di Bahrul qolbu ada hasat dan hasut, ada milik. Nah...milik ini kadang ditumpangi dengan tatacara yang namanya politik.

Harusnya di dalam bahrul qolbu itu ada ruang kosong untuk Allah namun sebenarnya tingkah laku yang salah walaupun orang lain tidak tahu namun hati kecil akan tetap tahu. Maka Hati yang ada di bahrul qolbu selalu menyebut asma Allah. Disisi kiri hati manusia bertengger hawa nafsu. Ketika kita melakukan kesalahan maka bahrul qolbu itu akhirnya menghukum kita. "Aku ini sebenarnya tidak baik, namun aku tak macak baik didepan manusia. Aku ini salah tapi aku berpura-pura bener. Aku tak nulung uwong padahal kekarepanku ora arep nulung".

Konsep inilah yang terlahir oleh Kanjeng Sunan Kalijogo dan dimusyawarahkan dengan wirid Sunan Tembayat untuk membentuk suatu simbol sistem pemerintahan di tanah Jawa pada umumnya. Filosofi tentang kebenaran, filosofi tentang jagad raya didalam hati manusia ini dilukiskan dalam bentuk tata pemerintahan yang ada. Mari kita lihat sistem pemerintahan di tanah Jawa ini  yang penuh dengan filsafat.

Ada kantor kalau sekarang kantor Kota madya. Berseberangan dengan pasar. Di tengah-tengah ada jalan lurus keselatan dan kemudian lurus lagi keutara sampai kadipaten. Mari kita simak, jalan lurus keutara menghadap kadipaten itu jika kita lihat disebelah kanan ada papan panggonan panembahan suronatan, sebelah kiri pakunjarane rogo, ati. Kantor walikota itu dahulu adalah pusat pemerintahan untuk menjalankan apa saja untuk menggerakkan roda pemerintahan. Didepannya adalah pasar sejak jaman dahulu, jaman majapahit. Pasar itu sebenarnya adalah bagian daripada dinas purbakala yang tidak boleh dihancurkan namun karena gandeng hawa nafsu maka dirubah peruntukannya.

Pasar itu gambaran gebyaring dunia. Jika kita memerintah harusnya menghadap ke utara dan melewati kosongnya jiwa. Kosongkan hati kita hanya menyebut Allah. Ditengahnya ada kayu-kayu jati. Kayun yang sejati, hidup yang sebenarnya hanya untuk Allah. Kayun, kayu jati ini juga sebagai pembatas antara menyebut nama Allah atau menyebut duniawi. Jadi pasar itu adalah sebenarnya godaan untuk kita. Setiap memerintah pasti berhadapan dengan godaan. Didalam hati itu ada alun-alun, alun yang bermakna kosong. Jika kita menghadap Allah maka disebelah kiri adalah masjid yang bermakna bahwa kita biar kadang melupakan kebaikan. Sudahkan kita mencintai anak yatim, memberikan sebagain rejeki kita kepada fakir miskin, orang yang teraniaya. Namun kita kadang malah sering mendahulukan segala sesuatu untuk memenjarakan hati kita sendiri. Itulah yang ada disebelah kanan kita.

Maka kita lurus, disitu ada sebuah tempat untuk bertemu dengan Malikul mulk, sebuah tempat istirahat yang banyak didatangi dengan angin yang semilir dan sejuk. Itulah yang disebut alam barzah tempat menunggu untuk bertemu sang pencipta. Ketika menyebrang jalan, Sirathal mustaqim, disitu ada malaikat ridwan dan malik.

Itulah sebenarnya sistem pemerintah yang diajarkan Sunan Kalijogo dan Sunan Tembayat dan itulah sistem itu juga adalah filosofi pemerintahan di hati kita. Oleh karena itu, menghadap ke Pangeran itu harus seperti itu, kita jauhkan hati kita dari segala sesuatu nafsu untuk meng-enakkan diri sendiri. Inilah jalan bagi orang-orang Salik. Setiap orang tidak sama dalam mencari jalan kebenaran. Suluk tidak harus sama. Ada yang menuju Allah dengan mengasihi orang lain, ada yang ikhlas memberi kepada orang fakir, menyekolahkan anak fakir dll. Namun tetap sediakan sebuah tempat didalam hati, tempat kosong untuk bersemayam Allah. Itulah yang disebut Manunggaling Kawulo Gusti. Sehingga kita semua mengalir seperti air yang tidak pernah salah mengarah. Memanfaatkan segala sesuatu yang diberikan Allah untuk kebaikan. Mengarah kepada ridho Allah. Sehingga kita diberi kebaikan lahir dan batin. Mugi-mugi Allah paring pangapuro. Amin.....               

Postingan Populer